Tanggal
29 Januari 2013 KPI Jatim mendapat laporan kasus pemukulan pelajar serta siswa hamil yang terjadi di sebuah SMP negeri Surabaya. Saat dikonfrmasi ke sekolah menemui kepala sekolah dan beberapa guru yang
menceritakan kasus, siswi kelas 3 yang terungkap hamil usia jalan 5 bulan. Kehamilan
korban terungkap saat terjadi kasus pemukulan salah satu siswa yang berinisial GR yang dipukul oleh siswa SMK berinisial R yang ternyata pacar korban. Pemukulan
pertama saat pengambilan raport di SMP, karena bola basket yang dimainkan
GR mengenai motor R. Pemukulan yang kedua terjadi saat R mendengar berita kehamilan korban. R menduga GR yang menyebarkan berita tersebut. Kemudian mereka sepakat bertemu dan R langsung memukuli GR sampai babak belur dan masuk rumah sakit. Keluarga GR tidak terima dan melaporkan R ke polisi.
Berita kehamilan yang santer terdengar tersebut membuat guru BK menanyakan berita kehamilan kepada korban sampai akhirnya korban mengaku sudah
hamil usia jalan 5 bulan. Korban mengungkapkan 2 kali melakukan hubungan suami
istri, pertama dilakukan di rumah R,
kedua dilakukan di rumah teman R bersama teman-temannya. Setelah itu korban merasa dirinya hamil karena tidak
menstruasi, korban dan pelaku berterus terang pada ibu R. Ibu R meminta korban untuk menggugurkan kandungannya karena R akan menempuh sekolah angkatan. Setelah itu korban berusaha menggugurkan
kandungannya dengan jamu, sprit, dan nanas muda, namun tidak berhasil. Setelah orang tua
korban mengetahui anaknya hamil, mereka bermaksud menemui keluarga R di Malang untuk meminta
pertanggungjawaban.
Bukan disambut dengan baik, Orang
tua Rmalah meminta korban untuk menggugurkan
kandungannya dan mengancam keluarga korban untuk tidak melaporkan kasus ini ke
polisi karena keluarga R adalah keluarga tentara. Orang tua korban diminta
membuat surat pernyataan yang isinya kesanggupan untuk tidak mengungkit
kehamilan korban.
Keesokan harinya orang tua korban mendatangi sekolah menceritakan kejadian yang terjadi pada anak mereka serta bermaksud mengundurkan diri dari
sekolah karena malu. Mereka merasa karena kejadian ini dapat mencemarkan nama baik sekolah sehingga dalam waktu dekat korban akan
dibawa ke Blitar di rumah neneknya untuk tinggal disana hingga melahirkan.Kepala sekolah merasa iba dan mengusahakan pendidikan korban agar tetap dapat mengikuti UNAS yang tinggal 2 bulan saja. Akan tetapi dari pihakkeluarga korban menolak karena akan merepotkan kepala sekolah. Sehingga untuk masalah pendidikan, setelah melahirkan korban akan diikutkan kejar paket B oleh orang tuanya yang mempunyai kenalan di Blitar.