Sustainable
Seafood
Potensi hasil perikanan masih sangat menjanjikan dan menguntungkan
sampai dengan hari ini. Konsumsi daging ikan yang tergolong aman dibandingkan
dengan daging hewan membuatnya menjadi tren konsumsi dunia yang cukup tinggi.
Hingga kini hampir seluruh wilayah perairan di dunia terutama daerah pesisir
telah terjamah oleh tangan manusia sebagai bukti dari eksploitasi sumber daya
laut besar-besaran. Namun hal ini berbanding terbalik dengan menipisnya sumber
daya perikanan karena eksploitasi berlebihan dan kerusakan ekosistem. Dampaknya
saat ini jumlah dan ukuran ikan hasil tangkapan nelayan semakin hari semakin
kecil. Bahkan untuk mendapatkan ikan, nelayan harus melaut lebih jauh lagi ke tengah
lautan. Kondisi ini diperparah dengan cuaca yang semakin ekstrim dari hari ke
hari sehingga menurunkan hasil tangkapan ikan.
Namun faktor yang paling utama kondisi tersebut adalah ketidaksadaran
tentang pentingnya ecolabel baik oleh
para produsen ikan nelayan, pengepul, ritel, maupun konsumen ikan. Ecolabel merupakan usaha memperbaiki
sistem perikanan yang lebih ramah terhadap lingkungan dan berdampak bagi
keberlanjutan sumber daya kelautan (sustainable
fisheries). Hal ini sangatlah penting berkaitan dengan ketahanan pangan di Indonesia dan
dunia.
Selama ini upaya advokasi tentang perikanan yang ramah lingkungan
sudah dilakukan oleh beberapa pihak terhadap para pelaku perikanan (nelayan/pembudidaya).
Namun hanya sedikit yang dapat menjangkau kalangan pelaku industri dan
konsumen. Padahal adanya praktik dan pengelolaan perikanan yang tidak ramah
lingkungan yang dilakukan oleh pelaku perikanan, tidak lain disebabkan adanya
permintaan pasar yang selalu siap sedia menampung hasil perikanan walaupun
didapatkan dengan cara-cara yang merusak ekosistem.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh beberapa pihak nampaknya belum
maksimal, karena usaha yang dilakukan tidak berjalan terpadu terutama di
kalangan pelaku industri perikanan. Hal ini disadari oleh WWF Indonesia dengan
membuat sebuah program bernama Seafood
Savers (SS) sebagai solusi bisnis untuk perikanan yang berkelanjutan.
SS merupakan sarana berkumpulnya pelaku industri perikanan menuju
perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan yaitu dengan menjangkau
sertifikasi produk perikanan internasional; MSC (Marine Stewardship Council) untuk perikanan tangkap dan ASC (Aquaculture Stewardship Council) untuk
perikanan budidaya. SS berfungsi sebagai landasan relasi antar-usaha perikanan
seperti produsen, pengumpul, pengolah, dan distributor. Tidak hanya itu, SS
bertujuan mengedukasi para konsumen mengenai pentingnya memilih dengan bijak
produk-produk seafood yang
bertanggung jawab.
WWF Indonesia kemudian berinisiatif mengajak dan melibatkan jaringan
NGO lain untuk dapat berperan aktif dan bersinergi dalam gerakan penyelamatan
dan perbaikan perikanan Indonesia serta upaya perikanan berkelanjutan. Pada
pertemuan yang diinisiasi oleh WWF Indonesia di Bogor, 30 Januari s.d. 2
Februari, beberapa NGO kemudian mendeklarasikan pembentukan JAringan peRIkanan
bertangguNGjawab Nusantara (JARING Nusantara) dengan tujuan utama memperbaiki
dan melindungi ekosistem perikanan, meningkatkan cadangan ikan, serta
menciptakan sistem perikanan berkelanjutan di Indonesia. Dan Koalisi Perempuan
Indonesia Jawa Timur (KPI Jatim) merupakan salah satu pendirinya.
Secara penuh KPI Jatim sangat mendukung upaya-upaya perbaikan
kelestarian sumber daya alam termasuk perikanan. Hal ini selaras dengan agenda
KPI Jatim periode 2013 s.d. 2017 yang berfokus pada isu ketahanan pangan dan pengentasan
kemiskinan perempuan. Apabila sumber daya perikanan kita menipis maka akan
berdampak pada menurunnya kesehatan gizi ibu dan anak karena ikan merupakan
sumber protein yang relatif aman dikonsumsi dibandingkan dengan produk hewani
lainya. Selain itu, KPI Jatim memiliki kelompok dampingan nelayan di beberapa
wilayah di Jawa Timur sehingga sangatlah memungkinkan bagi KPI Jatim untuk
melakukan advokasi berkaitan dengan keberlanjutan perikanan dan ecolabeling produk perikanan.
Saat ini produsen dan pasar perikanan global yang tergabung dalam SS
menginginkan produk yang dihasilkan dari perikanan berkelanjutan dan ecolabel tetapi sayangnya produk
tersebut sangat sulit didapatkan dari pelaku perikanan. KPI Jatim melihat hal
ini sebagai peluang bagi para pelaku perikanan untuk dapat memenuhi persyaratan
ecolabeling berdasarkan sertifikasi
MSC/ASC. Sehingga hasil perikanan para pelaku perikanan akan memiliki nilai
jual tinggi, dan selanjutnya diharapkan mampu memperbaiki kesejahteraan
keluarga perempuan pelaku perikanan. Semoga.
Oleh
Eka Dian Savitri
No comments:
Post a Comment