Powered By Blogger

Saturday, 9 March 2013

Ikan Juga Butuh Perlindungan


Sustainable Seafood


Potensi hasil perikanan masih sangat menjanjikan dan menguntungkan sampai dengan hari ini. Konsumsi daging ikan yang tergolong aman dibandingkan dengan daging hewan membuatnya menjadi tren konsumsi dunia yang cukup tinggi. Hingga kini hampir seluruh wilayah perairan di dunia terutama daerah pesisir telah terjamah oleh tangan manusia sebagai bukti dari eksploitasi sumber daya laut besar-besaran. Namun hal ini berbanding terbalik dengan menipisnya sumber daya perikanan karena eksploitasi berlebihan dan kerusakan ekosistem. Dampaknya saat ini jumlah dan ukuran ikan hasil tangkapan nelayan semakin hari semakin kecil. Bahkan untuk mendapatkan ikan, nelayan harus melaut lebih jauh lagi ke tengah lautan. Kondisi ini diperparah dengan cuaca yang semakin ekstrim dari hari ke hari sehingga menurunkan hasil tangkapan ikan.
Namun faktor yang paling utama kondisi tersebut adalah ketidaksadaran tentang pentingnya ecolabel baik oleh para produsen ikan nelayan, pengepul, ritel, maupun konsumen ikan. Ecolabel merupakan usaha memperbaiki sistem perikanan yang lebih ramah terhadap lingkungan dan berdampak bagi keberlanjutan sumber daya kelautan (sustainable fisheries). Hal ini sangatlah penting berkaitan dengan ketahanan pangan di Indonesia dan dunia.
Selama ini upaya advokasi tentang perikanan yang ramah lingkungan sudah dilakukan oleh beberapa pihak terhadap para pelaku perikanan (nelayan/pembudidaya). Namun hanya sedikit yang dapat menjangkau kalangan pelaku industri dan konsumen. Padahal adanya praktik dan pengelolaan perikanan yang tidak ramah lingkungan yang dilakukan oleh pelaku perikanan, tidak lain disebabkan adanya permintaan pasar yang selalu siap sedia menampung hasil perikanan walaupun didapatkan dengan cara-cara yang merusak ekosistem.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh beberapa pihak nampaknya belum maksimal, karena usaha yang dilakukan tidak berjalan terpadu terutama di kalangan pelaku industri perikanan. Hal ini disadari oleh WWF Indonesia dengan membuat sebuah program bernama Seafood Savers (SS) sebagai solusi bisnis untuk perikanan yang berkelanjutan.
SS merupakan sarana berkumpulnya pelaku industri perikanan menuju perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan yaitu dengan menjangkau sertifikasi produk perikanan internasional; MSC (Marine Stewardship Council) untuk perikanan tangkap dan ASC (Aquaculture Stewardship Council) untuk perikanan budidaya. SS berfungsi sebagai landasan relasi antar-usaha perikanan seperti produsen, pengumpul, pengolah, dan distributor. Tidak hanya itu, SS bertujuan mengedukasi para konsumen mengenai pentingnya memilih dengan bijak produk-produk seafood yang bertanggung jawab.
WWF Indonesia kemudian berinisiatif mengajak dan melibatkan jaringan NGO lain untuk dapat berperan aktif dan bersinergi dalam gerakan penyelamatan dan perbaikan perikanan Indonesia serta upaya perikanan berkelanjutan. Pada pertemuan yang diinisiasi oleh WWF Indonesia di Bogor, 30 Januari s.d. 2 Februari, beberapa NGO kemudian mendeklarasikan pembentukan JAringan peRIkanan bertangguNGjawab Nusantara (JARING Nusantara) dengan tujuan utama memperbaiki dan melindungi ekosistem perikanan, meningkatkan cadangan ikan, serta menciptakan sistem perikanan berkelanjutan di Indonesia. Dan Koalisi Perempuan Indonesia Jawa Timur (KPI Jatim) merupakan salah satu pendirinya.
Secara penuh KPI Jatim sangat mendukung upaya-upaya perbaikan kelestarian sumber daya alam termasuk perikanan. Hal ini selaras dengan agenda KPI Jatim periode 2013 s.d. 2017 yang berfokus pada isu ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan perempuan. Apabila sumber daya perikanan kita menipis maka akan berdampak pada menurunnya kesehatan gizi ibu dan anak karena ikan merupakan sumber protein yang relatif aman dikonsumsi dibandingkan dengan produk hewani lainya. Selain itu, KPI Jatim memiliki kelompok dampingan nelayan di beberapa wilayah di Jawa Timur sehingga sangatlah memungkinkan bagi KPI Jatim untuk melakukan advokasi berkaitan dengan keberlanjutan perikanan dan ecolabeling produk perikanan.
Saat ini produsen dan pasar perikanan global yang tergabung dalam SS menginginkan produk yang dihasilkan dari perikanan berkelanjutan dan ecolabel tetapi sayangnya produk tersebut sangat sulit didapatkan dari pelaku perikanan. KPI Jatim melihat hal ini sebagai peluang bagi para pelaku perikanan untuk dapat memenuhi persyaratan ecolabeling berdasarkan sertifikasi MSC/ASC. Sehingga hasil perikanan para pelaku perikanan akan memiliki nilai jual tinggi, dan selanjutnya diharapkan mampu memperbaiki kesejahteraan keluarga perempuan pelaku perikanan. Semoga.

Oleh
Eka Dian Savitri


No comments:

BUKU TAMU