Powered By Blogger

Tuesday, 4 November 2014

Aksi Damai "Gerakan Rekonsiliasi Anak Bangsa"

Meski terik mentari cukup menyengat, tak mematahkan Gerakan Rekonsiliasi Anak Bangsa untuk memperingati hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2014 itu. Aksi tersebut di selenggarakan di Taman Apsari , Surabaya dan diikuti oleh 29 aliansi, diantaranya: 
1.         Pusham Surabaya (Pusat Studi HAM)
2.         GKI (Gereja Kristen Indonesia)
3.         Gusdurian Surabaya
4.         GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) FISIP Unair
5.         KPI JATIM (Koalisi Perempuan Indonesia)
6.         Pemuda GKJW (Greja Kristen Jawi Wetan)
7.         SAPULIDI (Persatuan Perempuan Peduli Generasi Indonesia)
8.         Gereja Katolik
9.         LBH Surabaya (Lembaga Bantuan Hukum)
10.     GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) Surabaya
11.     DMI (Disable Motor Indonesia)
12.     HWDI (Himpunan Wanita Disable Indonesia)
13.     CMARS (Centre for Marginalies Community Studies)
14.     Retorika FISIP Unair
15.     HIMA Sosiologi FISIP Unair
16.     HIMA Administrasi Negara FISIP Unair
17.     HIMA Ilmu Informasi Perpustakaan FISIP Unair
18.     CROSSLINE
19.     Yayasan Mariam
20.     Dipayoni
21.     GEMA INTI (Gerakan Muda Indonesia Tionghoa) Surabaya
22.     PPGI Surabaya (Perhimpunan Pemuda Gereja Indonesia)
23.     Prajurit Pelangi
24.     Paguyuban Semanggi Surabaya
25.     Pustaka Lewi
26.     YKBS (Yayasan Kasih Bangsa Surabaya)
27.     Atas Nama Bangsa
28.     Sahabat Pustaka
29.     PAS (Paguyuban Arek Suroboyo)



Dan berikut ini cuplikan pers rilis yang disampaikan saat aksi berlangsung:
     Tahun ini, bangsa Indonesia telah melalui hajatan pesta demokrasi yang cukup panjang, mulai dari pemilihan Kepala Daerah, anggota Legislatif, hingga pemilihan Presiden. Pesta demokrasi ini tentu saja berdampak pada fragmentasi politik di kalangan elit. Hal tersebut wajar adanya, karena di dunia politik praktis selalu ada menang-kalah. Ironisnya, baru-baru ini fragmentasi politik di kalangan elit juga mempengaruhi relasi sosial di masyarakat. Pengaruh tersebut bisa kita rasakan bersama di kehidupan sehari-hari. Tetangga rumah yang selama ini baik dengan kita, tetapi karena pilihan politik yang berbeda, kemudian berubah menjadi sinis terhadap kita. Begitupun sebaliknya, kita terkadang merasa sinis terhadap orang-orang di sekitar yang memiliki pilihan politik berbeda.
      Fenomena tersebut nampaknya masih terus terjadi, meskipun bangsa Indonesia telah menyelesaikan hajatan politiknya. Apalagi baru-baru ini masyarakat kita menyaksikan dengan begitu jelasnya fragmentasi politik di saat sidang pengesahan UU Pilkada dan pemilihan Ketua DPR RI beberapa waktu yang lalu. Apa yang dicontohkan oleh elit politik di gedung dewan itu berdampak langsung menjadi sentimen politik antara satu individu dengan individu lain di dalam masyarakat. Jika tidak segera diatasi, sentiment politik tersebut akan berubah menjadi potensi konflik, yang tentunya bakal mengancam keutuhan kita sebagai sebuah bangsa.
    Berangkat dari kekhawatiran tersebut, maka kami Gerakan Rekonsiliasi Anak Bangsa mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu kembali, dan melupakan sentimen-sentimen politik yang pernah muncul akibat pilihan politik yang berbeda. Hajatan politik telah selesai, kita kembali menjadi sebuah bangsa yang utuh, Bangsa Indonesia. SUMPAH PEMUDA adalah momentum yang tepat bagi Bangsa Indonesia untuk kembali bersatu, dan melupakan perbedaan-perbedaan di antara kita. Melalui peringatan Sumpah Pemuda ini, kita menginginkan adanya semangat kebersatuan demi menjaga keutuhan Bangsa Indonesia.
    Oleh karenanya, maka GERAKAN REKONSILIASI ANAK BANGSA, yang terdiri dari puluhan kelompok masyarakat sipil dengan latar belakang yang berbeda-beda, menyatakan:
1.       Menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk kembali bersatu dan melupakan sentimen politik yang muncul akibat pilihan-pilihan politik yang berbeda.
2.       Menyerukan kepada fraksi-fraksi partai politik di Parlemen agar turut serta dalam menjaga harmonisasi relasi sosial di tengah masyarakat.
3.       Menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat agar tidak terpengaruh dengan fragmentasi elit politik yang ada di gedung Dewan.

 Surabaya, Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2014

Gerakan Rekonsiliasi Anak Bangsa

Jepret Memory 28


















Kegiatan ToT Pendidikan Pemilih (Voter Education)

Koalisi Perempuan Indonesia Jawa Timur (KPI) sebagai organisasi massa berbasis perempuan. KPI menganggap momen politik rekrutmen komisiioner KPU, pemilihan legislatif, dan pemilihan presiden adalah pijakan bagi keterwakilan perempuan untuk mewujudkan perubahan yang diharapkan. Langkah yang dilakukan adalah dengan mendorong pemenuhan kuota 30% bagi perempuan pada semua lini institusi. Selama 2009 hingga saat ini, KPI dengan jejaring telah melakukan pengalawan caleg perempuan dengan beragam aktivitas, mulai dari penyususnan permasalahan dan alternatif solusi bersama, pembelajaran atas survey-survey keterdipilihan caleg perempuan, kursus caleg, ToT pemantau, pelatihan kepemimpinan dan terakhir adalah ToT Pendidikan Pemilih dengan memainstreamkan isu perlindungan sosial.
TOT Pendidikan Pemilih telah dilaksanakan dan mencetak kader-kader yang siap melatih anggota Balai Perempuan. Penting bagi KPI segera melakukan pendidikan pemilih untuk mencerdaskan perempuan terkait materi demokrasi, pertisipasi perempuan dalam demokrasi, penyelenggara pemilu, tata cara pemilihan umum, mengawal pemiliu, kontrak politik dan pemilih bertanggungjawab. Rangkaian materi tersebut secara pragmatis akan disampaikan dalam jangka waktu yang telah direncanakan dalam silabus pendidikan politik, sekitar 5 hari. Namun secara konseptual, pendidikan pemilih telah dilaksankana sebagai rangkaian pendidikan kader KPI, mulai dari pendidikan kader dasar hingga menengah, diskusi di BP hingga pendidikan lainnya seperti seminar dan rapat-rapat anggota yang menguatkan pemahaman dan sikap anggota terhadap politik.
Keberadaan kuota 30% perempuan dalam Undang-Undang no.8 tahun 1012 merupakan kemajuan kebijakan yang mengakomodir pemenuhan hak politik perempuan. Namun hal ini tidak berarti perempuan telah memiliki jatah kursi legislatif. Kuota perempuan sebagai syarat administratif bagi kelolosan parpol merupakan hal yang menguntungkan bagi perempuan, namun juga rentan di selewengkan dengan model kolusi dari pejabat parpol. Oleh karenanya penting melakukan advokasi keterwakilan perempuan dalam menduduki posisi caleg yang strategis secara nomer urut dan dapil hingga pengawalan saat kampanye agar tidak melanggar aturan dan mentransaksikan uang kepada konstituen. Pendidikan politik pada anggota KPI, turut juga ddiikuti oleh caleg perempuan baik sebagai peserta non formal (bukan peserta utama) maupun sebagai pembicara tamu untuk mengenalkan diri. Caleg yang mengikuti pendidikan pemilih dihadirkan 3-5 orang dengan parpol yang berbeda. Hal ini menunjukkan bagaimana KPI mensupport caleg perempuan tanpa memberikan keistimewaan pada partau politik tertentu.
Koalisi Perempuan Indonesia berkepentingan ntuk mensukseskan pemenuhan kuota 30% perempuan sebagai langkah untuk melakukan perubahan kebijakan dan perubahan nasib perempuan. Pendidikan pmilih menjadi salah satu proses demokrasi yang harus dilewati oleh konstituen untuk mengisi moment politik yang terarah sesuai dengan kepentingan perempuan. Agenda ini dimaksudkan sebagai bentuk komitmen dari gerakan perempuan mengawal pemilih perempuan dalam langkahnya menyampaikan aspirasi. Pasca pendidikan pemilih ini, setiap peserta akan diminta komitmennya untuk melakukan pendidikan politik pemilih sekurang-kurangnya pada tetangganya dan apabila memang bersedia menjadi pemantauan seiring dengan agenda pemantauan yang telah dilakukan selama 2 bulan atau mulai dari pemungutan suara hingga penetapan. Mengingat pentingnya agenda ini sebagai bagian dari agenda besar pemenangan hak politik perempuan, maka kami berharap ada komitmen dari peserta.
           Tujuan di selenggarakannya kegiatan ini yakni:
1.      Melakukan penguatan kapasitas anggota perempuan dalam memahami demokrasi,              keterwakilan perempuan dan pemilih bertanggungjawab.
2.      Melakukan penguatan anggota perempuan untuk menyalurkan hak politik/ suaranya
3.      Melakukan komitmen bersama untuk pengawalan suara perempuan







Mencari Kerang Bambu di Laut Kenjeran

      Senja sore yang indah (Sabtu ,23/8) duduk diselasar bambu sambil menikmati secangkir es susu sembari berbincang-bincang dengan nelayan perempuan di Pantai kenjeran lama. 
     Awalnya tak ada niat mencari kerang bambu atau yang biasa dikenal dengan sebutan lor juk. Namun, ditengah-tengah perbincangan kami salah seorang ibu-ibu muda yang tengah hamil menawar kami untuk ikut mencari kerang bambu. Sayangnya beberapa dari kami harus terpisah. Karena ada sebagian yang melihat lihat kembali proses pengolahan kerang hingga dioleh menjadi berbagai bentuk olahan matang yang siap santap, yakni di daerah Bulak-Kenjeran.
      Untuk dapat menemukan dan mencari kerang yang satu ini, kita hanya dapat menangkapanya pada saat air laut sedang surut. Nah, kebetulan sekali saat itu air laut bersahabat, sehingga kami beserta ibu-ibu nelayan dapat melaut mencari kerang bambu.
        Dan berikut ini adalah beberapa dokumentasi yang sempat kami ambil pada saat pergi melaut.
Menunggu air laut surut untuk mencari kerang bambu/lor juk


Alat yang digunakan untuk umpan: lidi, serok, umpan (kapur+detergen)


Mencari tempat yang tepat untuk mencari lubang kerang bambu


Menggali lubang kerang bambu


Agar air tidak menutupi lubang galian, maka kita buat gundukan tanah disekitarnya


Menggali lubang untuk yang kedua kalinya, sambil mencari mana sih lubang si kerang bambu


Mencoba memberikan umpan untuk si kerang agar keluar dari lubang


Butuh kesabaran agar kerang mau keluar dari lubangnya.


Hap, si kerang bambu berhasil kita dapat



   oleh: Yenik Wahyuningsih

BUKU TAMU