Meski terik mentari cukup menyengat, tak mematahkan Gerakan Rekonsiliasi Anak Bangsa untuk memperingati hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2014 itu. Aksi tersebut di selenggarakan di Taman Apsari , Surabaya dan diikuti oleh 29 aliansi, diantaranya:
1.
Pusham Surabaya (Pusat Studi HAM)
2.
GKI (Gereja Kristen Indonesia)
3.
Gusdurian Surabaya
4.
GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) FISIP
Unair
5.
KPI JATIM (Koalisi Perempuan Indonesia)
6.
Pemuda GKJW (Greja Kristen Jawi Wetan)
7.
SAPULIDI (Persatuan Perempuan Peduli Generasi
Indonesia)
8.
Gereja Katolik
9.
LBH Surabaya (Lembaga Bantuan Hukum)
10.
GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) Surabaya
11.
DMI (Disable Motor Indonesia)
12.
HWDI (Himpunan Wanita Disable Indonesia)
13.
CMARS (Centre for Marginalies Community Studies)
14.
Retorika FISIP Unair
15.
HIMA Sosiologi FISIP Unair
16.
HIMA Administrasi Negara FISIP Unair
17.
HIMA Ilmu Informasi Perpustakaan FISIP Unair
18.
CROSSLINE
19.
Yayasan Mariam
20.
Dipayoni
21.
GEMA INTI (Gerakan Muda Indonesia Tionghoa) Surabaya
22.
PPGI Surabaya (Perhimpunan Pemuda Gereja Indonesia)
23.
Prajurit Pelangi
24.
Paguyuban Semanggi Surabaya
25.
Pustaka Lewi
26.
YKBS (Yayasan Kasih Bangsa Surabaya)
27.
Atas Nama Bangsa
28.
Sahabat Pustaka
29.
PAS (Paguyuban Arek Suroboyo)
Dan berikut ini cuplikan pers rilis yang disampaikan saat aksi berlangsung:
Tahun ini, bangsa Indonesia telah melalui hajatan pesta demokrasi yang
cukup panjang, mulai dari pemilihan Kepala Daerah, anggota Legislatif, hingga
pemilihan Presiden. Pesta demokrasi ini tentu saja berdampak pada fragmentasi
politik di kalangan elit. Hal tersebut wajar adanya, karena di dunia politik
praktis selalu ada menang-kalah. Ironisnya, baru-baru ini fragmentasi politik
di kalangan elit juga mempengaruhi relasi sosial di masyarakat. Pengaruh
tersebut bisa kita rasakan bersama di kehidupan sehari-hari. Tetangga rumah
yang selama ini baik dengan kita, tetapi karena pilihan politik yang berbeda,
kemudian berubah menjadi sinis terhadap kita. Begitupun sebaliknya, kita
terkadang merasa sinis terhadap orang-orang di sekitar yang memiliki pilihan
politik berbeda.
Fenomena tersebut
nampaknya masih terus terjadi, meskipun bangsa Indonesia telah menyelesaikan
hajatan politiknya. Apalagi baru-baru ini masyarakat kita menyaksikan dengan
begitu jelasnya fragmentasi politik di saat sidang pengesahan UU Pilkada dan
pemilihan Ketua DPR RI beberapa waktu yang lalu. Apa yang dicontohkan oleh elit
politik di gedung dewan itu berdampak
langsung menjadi
sentimen politik antara satu individu dengan individu lain di dalam masyarakat.
Jika tidak segera diatasi, sentiment politik tersebut akan berubah menjadi
potensi konflik, yang tentunya bakal mengancam keutuhan kita sebagai sebuah
bangsa.
Berangkat dari
kekhawatiran tersebut, maka kami Gerakan Rekonsiliasi Anak Bangsa mengajak seluruh
masyarakat untuk bersatu kembali, dan melupakan sentimen-sentimen politik yang
pernah muncul akibat pilihan politik yang berbeda. Hajatan politik telah
selesai, kita kembali menjadi sebuah bangsa yang utuh, Bangsa Indonesia. SUMPAH PEMUDA adalah momentum yang tepat bagi Bangsa
Indonesia untuk kembali bersatu, dan melupakan perbedaan-perbedaan di antara
kita. Melalui peringatan Sumpah Pemuda ini, kita menginginkan adanya semangat
kebersatuan demi menjaga keutuhan Bangsa Indonesia.
Oleh karenanya,
maka GERAKAN REKONSILIASI ANAK BANGSA, yang terdiri dari puluhan kelompok
masyarakat sipil dengan latar belakang yang berbeda-beda, menyatakan:
1. Menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat
untuk kembali bersatu dan melupakan sentimen politik yang muncul akibat pilihan-pilihan
politik yang berbeda.
2. Menyerukan kepada fraksi-fraksi partai politik
di Parlemen agar turut serta dalam
menjaga harmonisasi relasi sosial di tengah masyarakat.
3. Menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat
agar tidak terpengaruh dengan fragmentasi elit politik yang ada di gedung Dewan.
Surabaya, Hari Sumpah
Pemuda tanggal 28
Oktober 2014
Gerakan Rekonsiliasi Anak Bangsa
No comments:
Post a Comment