Melihat permasalahan remaja yang saat ini beragam, mulai dari free sex, narkoba,
kesulitan dalam belajar serta permasalahan
dalam dinamika remaja seperti pacaran, dsb, adalah masalah sehari-hari remaja yang konsidi psikisnya masih labil.
Menurut Wiwik Afifah, sekretaris wilayah Koalisi Perempuan Indonesia,
remaja adalah generasi penerus yang memiliki potensi besar. Tinggal
bagaimanakah orang dewasa disekitarnya mengasah potensi remaja. Bila potensi
tidak terasah, bisa membuat remaja justru tidak terarah yang menyebabkan
banyaknya anak tidak memahami minat bakatnya. Apalagi bila lingkungan
sekitarnya tidak mendukung, seperti adanya permasalahan rumah tangga, pengaruh
media elektronik dan IT yang tidak terkontrol, serta pengaruh lingkungan yang
negatif. Sehingga masa-masa remaja yang masih labil tdak menutup kemungkinan si
remaja akan terjebak dalam lingkaran yang buruk.
Masa peralihan dari sifat anak-anak menjadi
dewasa, membuat remaja perlu mendapatkan kondisi maupun perlakuan yang berbeda.
Namun sayangnya tidak banyak orang tua, guru, tetangga, dan orang dewasa
lainnya yang dapat memposisikan diri sejajar dengan remaja, setidaknya lebih
mengayomi dan tegas terhadap remaja.
Sehingga orang dewasa bisa menjadi sahabat remaja. Dan problematika
pubertas, problematikan sosial dan reproduksi remaja sering tak terselesaikan.
Kejadian disekitar kita yang sering kali di
alami yakni ketika pelajar atau
remaja sering kali enggan menceritakan masalahnya pada orang tua
ataupun gurunya yang dianggap tidak gaul, tidak mengerti sekelumit dunia anak sekarang
dan tidak paham bagaimana kemauan mereka. Akibatnya secara tidak langsung si remaja
cenderung bercerita pada temannya. Di sisi lain, teman sebayanya
tidak memiliki pengetahuan
dan kemampuan untuk melakukan problem
solving dan tidak
menutup kemungkinan malah bisa menjerumuskan pada pergaulan yang tidak tepat.
Dinas Pendidikan Kota Surabaya berupaya
menterjemahkan visi dan misi pendidikannya tidak hanya pada pendidikan yang
sesuai kurikulum mata pelajaran saja, akan tetapi ada banyak ilmu yang ingin
disampaikan, utamanya dibagikan saatu sama lain sebagai upaya merespon kondisi remaja. Hal ini bisa disebut
sebagai upaya peningkatan kompetensi siswa. Diknas kota Surabaya berupaya
membentuk ekstrakurikuler Konselor Sebaya. Tujuannya adalah untuk melatih siswa
menjadi konselor atau teman curhat yang baik untuk teman sebayanya serta untuk
meminimalisir permasalahan pada remaja (pelajar) di kota Surabaya.
Program Konselor Sebaya telah berlangsung selama tiga tahun, terhitung
sejak tahun 2012. Pada tahun 2014 ini, siswa-siswa yang dilatih menjadi konselor
sebaya, akan dibekali pendalaman materi dan akan dijadikan pioneer dari
ekstrakurikuler Konselor Sebaya di sekolahnya. Melalui Ekstrakurikuler Konselor
Sebaya pula, diharapkan sekolah dapat menampung permasalahan siswa sejak dini
melalui program Konselor Sebaya serta mampu mensosialisasikan konsep-konsep
positif diri siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum diimplementasikan sebagai ekstrakurikuler, Dinas Pendidikan
telah menjadwalkan pelatihan selama 2 minggu untuk melatih Guru BK dan Wakasek
Kesiswaan serta para murid di 5 titik tempat yang berbeda, yaitu Surabaya
Pusat, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Utara dan Surabaya Selatan.
Dengan menggandeng LSM, praktisi psikolog dan akademisi, Dinas Pendidikan
berharap bisa menjembatani ruang yang selama ini membuat beberapa pihak bekerja
sendiri-sendiri dalam meminimalisir permasalahan remaja. Sehingga dengan adanya
Konselor Sebaya, diharapakan semua pihak mampu bekerjasama dalam menyiapkan
generasi emas bangsa Indonesia.
Dian Eka Novita sebagai salah satu fasilitator agenda tersebut
menyatakan bahwa kegiatan ini akan sangat membantu masyarakat untuk mengantisipasi
remaja dalam menyelesaikan permasalahannya dengan jalur yang tidak tepat karena
kurangnya informasi untuk mereka. Disisi lain, agenda ini penting dan perlu
diselenggarakan lebih luas lagi.
Upaya LSM di kota surabaya dan Jawa Timur untuk melakukan pendampingan
remaja sudah lama dilaksanakan. Menurut Wiwik Afifah, S.Pi., S.H, M.H., sejak
2011 banyak LSM yang melakukan pendidikan sebaya pada remaja tidak terbatas di
sekolah, karena masih ada remaja yang tidak bersekolah. Sehingga pendidikan
sebaya mengenai hak dan kewajibannya, pertumbuhan dan kesehatan repsoduksi,
pergaulan remaja dan permasalahan remaja serta pengelolaan potensi diri untuk
sukses, harus dilakukan pula di komunitas-komunitas yang tidak terikat dengan
pendidikan formal.
Pentingnya kelompok remaja penggerak tingkat kelurahan hingga RT untuk
melakukan upaya preventif dan kuratif maupun penangangan permasalahan remaja.
Yang di prakarsai oleh Dinas Pendidikan, BAPEMAS, Dinas Kesehatan dan Dinas
Sosial kota Surabaya saat itu merupakan langkah maju. Meski harus terus
progresif dan bersifat strategis dalam upaya pemenuhan hak anak. Dinas
Pendidikan kota Surabaya yang menyelenggarakan pendidikan konselor sebaya untuk
guru dan murid harus diiringi dengan upaya peningkatan pemenuhan hak lainnya
seperti penyediaan fasilitas kesehatan anak di sekolah, tempat umum, Kelurahan,
dll. Hal ini tidak hanya menjadi PR DIKNAS semata, namun pemerintah secara
keseluruhan dan masyarakat.
Hal strategis yang ada di kota Surabaya adalah perda penyelenggaraan
perlindungan anak kota Surabaya dan eksistensinya sebagai kota layak anak.
Sehingga para stakeholder dalam hal pemenuhan anak, patut konsisten
ketika melakukan upaya-upaya yang ada di kota Surabaya sebagai kota layak anak.
Tentu saja hal tersebut dimaksudkan agar tidak hanya menjadi slogan dan upaya
formalitas semata. Maka dari itu, mari dukung pemenuhan hak anak untuk
kepentingan terbaik anak.
Oleh: Wiwik Afifah, S.Pi., S.H., M.H.
No comments:
Post a Comment